Berapa banyak dari kita yang berharap untuk menjadi gaming sebagai mata pencaharian yang utama? Pekerjaan yang diambil dari sebuah hobi tentu akan terasa sangat menyenangkan. Apalagi industri game menawarkan begitu banyak kesempatan untuk menjadikannya sebagai salah satu bagian hidup yang menghasilkan uang: dari menjadi tim pengembang, game tester, hingga gamer professional. Terlepas dari semua usaha dan kerja keras yang dapat dicurahkan, kesempatan dan talenta menjadi faktor yang tak kalah penting. Kedua faktor yang dapat membuat anak 8 tahun ini mencapai level yang hanya akan membuat Anda iri.
Pernahkan Anda mendengar event bernama EVO sebelumnya? Acara yang mempertandingkan para petarung game fighting terbaik di dunia ini memang selalu menarik untuk disimak. EVO menjadi kiblat terbaik untuk mempelajari kombo-kombo serangan dan strategi pertarungan yang mematikan. Lewat event EVO lah, nama besar seperti Daigo Umehara terkenal ke seluruh dunia. Namun ada sesuatu yang berbeda di ajang EVO 2011 yang diselenggarakan beberapa bulan yang lalu. Semua mata memandang pada satu sosok kecil yang berhasil mencapai peringkat 48 besar dunia dan mengalahkan banyak orang dewasa berpengalaman dalam prosesnya. Semua orang memperhatikan Noah “The Prodigy” Solis.
Noah “The Prodigy” Solis yang baru berusia 8 tahun pada awalnya dilihat sebagai gamer penghibur semata. Namun siapa yang menyangka, di balik tubuh kecilnya tersebut, terdapat talenta dan skill gaming yang luar biasa. Lewat kompetisi Marvel vs Capcom 3 di EVO 2011, Noah memperlihatkan kekuatannya di mata dunia, termasuk di depan para gamer pro yang lain. Gamer-gamer dewasa harus gugur satu persatu melawan kombinasi hero super besarnya. Timing, refleks, dan serangan yang efektif menjadi elemen utama permainan Noah. Tidak heran jika banyak perusahaan mulai melihat anak yang bahkan belum akil balik ini sebagai masa depan tim gaming mereka.
Setelah EVO 2011 yang fantastis, Noah mendapatkan banyak tawaran untuk bergabung di tim professional gamer yang diawaki oleh beberapa brand produk tertentu. Dari kesemuanya itu,Travelling Circus lah yang dipilih oleh Noah. Lewat pendekatan melalui ayah dan saudara laki-lakinya, Travelling Circus berhasil merekrut Noah sebagai anggota termuda di tim gamer mereka. Bahkan “The Prodigy” ini mendapatkan line bajunya sendiri. Wow!
Banyak gamer yang tentunya ingin bernasib sama seperti dengan Noah, mendapatkan uang dari setiap kompetisi yang ia ikuti. Namun pencapaian seperti ini sungguh membutuhkan konsistensi dan komitmen untuk terus berlatih. Sayangnya, di Indonesia, gaming masih dipandang sebagai kegiatan yang lebih banyak menghabiskan waktu dibandingkan menghasilkan sesuatu yang positif. Padahal jika diseriusi, kita tentu akan melihat lebih banyak lagi orang seperti Noah di Indonesia. Ayo gamer Indonesia, berjuang!